KEARIFAN LOKAL SEBAGAI MODAL SOSIAL DALAM MENGEMBANGKAN PERDAMAIAN DI PAPUA
DOI:
https://doi.org/10.31571/masa.v1i2.1633Abstract
Abstrak
Diskursus tentang Papua yang dikembangkan selalu dikaitkan dengan tiga isu utama yang saling berkelindan yaitu konflik, politik, dan sumber daya alam. Padahal Papua memiliki kekayaan kearifan lokal yang luar biasa. Pendekatan penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan desain penelitian fenomenologi. Penelitian ini juga didukung metode sejarah yang meliputi: penelusuran sumber sejarah, kritik sumber, interpretasi dan eksplanasi, dan historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kearfian lokal Papua dalam bentuk Para-Para Adat, Tikar Adat,  Bakar Batu dan Bayar Kepala, memberikan nilai budaya kepada tatanan hidup dan relasi sosial. Kearifan lokal yang menjadi modal sosial untuk membangun dan mengembangkan perdamaian di Papua. Modal sosial ini bila dibangun, dirawat, dikembangkan, dan diimplementasikan dapat menjadi wahana peredam dalam menyelesaikan konflik yang terjadi. Keberagaman di Papua baik suku bangsa, ras, agama, budaya, dan lainnya menjadi sisi positif dalam menggerakkan pembangunan untuk mensejahterakan seluruh penduduk yang tinggal di Papua. Namun demikian pemberdayaan penduduk lokal dalam segala aspek kehidupan adalah hal yang paling urgen. Sehingga terjalin relasi dinamis dan sinergis antara etnic nasionalisme dengan state nasionalisme dan melahirkan serta menumbuhkembangkan civic nasionalisme.
Â
Kata Kunci: kearifan lokal; modal sosial; perdamaian; Papua;
Â
Abstract
The discourse about Papua that has been developed has always been linked to three main interrelated issues, namely conflict, politics, and natural resources. Though Papua has a wealth of extraordinary local wisdom. The research approach is a qualitative approach to phenomenological research design. This research is also supported by historical methods which include: tracing historical sources, source criticism, interpretation and explanation, and historiography. The results showed that the local wisdom were in the form Para-Para Adat, Tikar Adat,  Bakar Batu and Bayar Kepala, giving cultural values to the order of life and social relations. Local wisdom becomes social capital to build and develop peace in Papua. This social capital if it is built, maintained, developed and implemented can be a vehicle of silencing in resolving conflicts that occur. Diversity in Papua, both ethnic groups, races, religions, cultures, and others, is a positive side in driving development for the welfare of all residents living in Papua. However, empowering local people in all aspects of life is the most urgent thing. So that there is a dynamic and synergic relationship between ethnic nationalism and state nationalism and giving birth and developing civic nationalism.
Â
Keywords: local wisdom; social capital; peace; Papua;Downloads
References
Afwan, Budi Asyhari, 2015. Mutiara Terpendam Papua: Potensi Kearifan Lokal untuk Perdamaian di Tanah Papua, Yogyakarta: Program Studi Agama dan Lintas Budaya, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Alenia Pertama Pembukaan UUD 1945.
Asia Report No 154 – 16 June 2008, Indonesia: Ketagangan Antar Agama di Papua, Crisis Group Asia Report No 154 – 16 June 2008.
Bahar, S. 2013. “Pierre Bourdieu: Bahasa dan Kuasa Simbolisâ€, dalam Suyanto, B., (Ed.). Filsafat Sosial. Malang: Aditya Media Publishing.
Bourdieu, P. 2016. Arena Produksi Kultural: Sebuah Kajian Sosiologi Budaya. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Chauvel, Richard, 2005. Constructing Papuan Nationalism: History, Ethnicity, and Adaptation, Policy Studies 14, Washington: East-West Center.
Creswell, J.W. 2014. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Garraghan, G. J. 1957. A Guide to Historical Method. East Fordham Road & New York: Fordham UP.
Gottschalk, L. 1986. Mengerti Sejarah (Terjemahan Nugroho Notosusanto). Jakarta: UI Press.
Handoko, S.T. 2018. Relasi Papua dan Indonesia: Dari Kolonial Hingga Otonomi Khusus. Semarang: Fastindo.
Handoko, S.T. 2019, “Relasi Kepapuaan dan Keindonesiaan Dalam Pemaknaan Siswa SMA Kota Jayapuraâ€. Disertasi, Semarang: Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Semarang.
Harker, R., Mahar, C., & Wilkes, C (Ed.), 2009. (Habitus x Modal) + Ranah = Praktik: Pengantar Paling Komprehensif kepada Pemikiran Pierre Bourdieu. Yogyakarta: Jalasutra.
Hardiansyah A. 2013. “Teori Pengetahuan Edmund Husserlâ€. Jurnal Substantia. Vol. 15(2): 228-238.
Hasbiansyah. 2008. “Pendekatan Fenomenologi: Pengantar Praktik Penelitian dalam Ilmu Sosial dan Komunikasiâ€. Jurnal Mediator, 9(1):163-180.
Jailani, M.S. 2013. “Ragam Penelitian Qualitative (Ethnografi, Fenomenologi, Grounded Theory dan Studi Kasus)â€. Jurnal Edu-Bio, 4: 41-50.
Kartodirdjo, S. 1992. Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. Jakarta: Gramedia.
Kuntowijoyo, 2003. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Maarif, Ahmad Syafii, 2012. Politik Identitas dan Masa Depan Pluralisme Indonesia, Edisi Digital, Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi.
Meteray, Bernarda, 2012. Nasionalisme Ganda Orang Papua, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.
Novianti, D., & Tripambudi, S. 2014. “Studi Fenomenologi: Tumbuhnya Prasangka etnis di Yogyakartaâ€. Jurnal Ilmu Komunikasi, 12(2): 119-135.
Rachman, M. 2015. 5 Pendekatan Penelitian. Yogyakarta: Magnum Pustaka Utama.
Renier, G. J. 1997. Metode dan Manfaat Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suhartono, 2010. Teori & Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Wasino, 2016. â€Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Asing Menuju Ekonomi Berdikariâ€. Jurnal Paramita, 26(1): 62-71.
Widjojo, Muridan S. (ed.), 2009. Papua Road Map: Negotiating the Past, Improve the Present and Securing the Future, Jakarta: LIPI – Yayasan Tifa – Yayasan Obor Indonesia.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Authors who publish with this journal agree to the following terms:
Â
- Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution License (CC BY-SA 4.0) that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
- Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
- Authors should sign the copyright transfer agreement when they have approved the final proofs sent by MASA prior to the publication.